Pesan
Masa depan tu bukanlah waktu yang akan datang.. !!
tapi itu adalah sekarang...
the future is NOW ...
Blog Archive
Halaman
Statistik
Diberdayakan oleh Blogger.
Labels
- makalah (2)
Followers
Diri Q
Minggu, 29 Desember 2013
PSIKOLINGUISIK
Annadzoriyyah
assylukiyyah wa annadzoriyyah ma’rifiyyah
(teori
behaviorisme dan teori kognitifisme)
Dosen
: Mukhson Nawawi SA.g MA
Farhanah 32 12 016
Nabilla fahira 32 12 019
TARBIYAH BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2013
PEMBAHASAN
A.
Teori
pembelajaran behaviorisme
Menurut
teori belajar ini, behaviorisme adalah perubahan tingkah laku, seseorang
dianggap belajar sesuatu bila dia menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya,
seorang siswa belum bisa membaca maka gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau
bahkan sudah hafal huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila siswa itu gagal
mendemonstrasikan kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa
dikatakan belajar. Ia dikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu
perubahan dalam tingkah laku ( dari tidak bisa menjadi bisa membaca). Dengan
kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut
teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantara
stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa
diamati. Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa tersebut dalam rangka membantu
siswa untuk belajar. Stimulus ini berupa rangkaian alfabet, beberapa kalimat
atau bacaan, sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang
diberikan gurunya.
Menurut
teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang
dihasilkan siswa (respons) semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh
hanya implisit (tersirat). Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat
(reinforcement). Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respons. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka respons akan
semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement)
responspun akan tetap dikuatkan.. Misalnya bila seorang anak bertambah giat
belajar apabila uang sakunya ditambah maka penambahan uang saku ini disebut
sebagai positive reinforcement. Sebaliknya jika uang saku anak itu dikurangi
dan pengurangan ini membuat ia makin giat belajar, maka pengurangan ini disebut
negative reinforcement.
Prinsip-prinsip
teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley
& Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):
- Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya
- Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
- Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
- Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif
Teori behaviorisme menurut Watson
Menurut
teori ini adalah benda-benda atau hal-hal yang diamati secara langsung, yaitu
rangsangan (stimulus) dan gerak baals(respons) ;sedangkan hal-hal yang terjadi
dalam otak tidak berkaitan denngan kajian. Maka dalam proses pembelajaran ,
menurut Watson, tidak ada perbedaan antara mnusia dengan hewan.
Teori behaviorisme menurut
Pavlov
Menurut
laman web sesawang scribd yang ditulis oleh Eddliestaniselie teori ini
mengatakan bahawa setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas. Gerak balas
ialah apa sahaja tingkah laku yang timbul akibat rangsangan. Manakala
rangsangan pula adalah apa saja bentuk tenaga yang menimbulkan gerak balas,
pembelajaran boleh berlaku akibat kaitan di antara rangsangan dengan gerak
balas. Rangsangan juga boleh dikaitkan dengan satu rangsangan yang lain untuk
mendatangkan pembelajaran. Pembelajaran yang berlaku kerana perkaitan di
namakan pelaziman manakala pembelajaran akibat dari perkaitan dua rangsangan di namakan pelaziman klasik.
Prinsip Teori Behaviorisme
Pavlov , setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas. Gerak balas
bermaksud apa saja tingkah laku yang timbul akibat daripada rangsangan yang
dilakukan. Manakala rangsangan pula adalah apa saja bentuk tenaga yang
menimbulkan gerak balas (Ee Ah Meng 1994).
Pembelajaran
boleh berlaku akibat kaitan di antara rangsangan dengan gerak balas. Rangsangan
juga boleh dikaitkan dengan satu rangsangan yang lain untuk mendatangkan
pembelajaran. Pembelajaran yang berlaku kerana perkaitan di namakan pelaziman
manakala pembelajaran akibat dari perkaitan dua rangsangan di namakan pelaziman
klasik.
Contohnya,
apabila guru memberikan arahan supaya murid berdiri, maka murid dengan cepat
akan berdiri. Jadi, daripada situasi tersebut, arahan yang diberikan oleh guru
ialah rangsangan, manakala tindakan berdiri ialah gerakbalas.
Hasil
daripada kajiannya, Pavlov berpendapat bahawa pembelajaran boleh berlaku kesan
daripada rangsangan dengan gerakbalas. Pembelajaran yang berlaku melalui
perkaitan tersebut dinamakan sebagai pelaziman dan pembelajaran yang berlaku
akibat dua ransangan ini dikenali sebagai pelaziman klasik.
Pelaziman
klasik ini juga mengaitkan simbol-simbol dengan apa yang dilambangkan,
mengaitkan nama dengan watak, mengaitkan istilah teknik di dalam fizik dengan
apa yang dimaksudkan atau mengaitkan tarikh dengan peristiwa (Sulaiman 1997).
Menurut
Ragbir Kaur Joginder Singh (2010), beliau menyatakan bahawa terdapat tiga
prinsip asas di dalam eksperimen Ivan Pavlov. Prinsip tersebut ialah:
i. Setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas
ii. Pembelajaran berlaku akibat kaitan antara rangsangan dan gerak balas
iii. Pembelajaran yang berlaku akibat perkaitan di antara dua rangsangan dinamakan pelaziman
i. Setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas
ii. Pembelajaran berlaku akibat kaitan antara rangsangan dan gerak balas
iii. Pembelajaran yang berlaku akibat perkaitan di antara dua rangsangan dinamakan pelaziman
Teori
ini di dalam linguistik diikuti antara lain oleh L.Bloomfield dan
B.F.Skinner. Dalam hal belajar, termasuk belajar bahasa, teori ini lebih
mementingkan faktor eksternal ketimbang faktor internal dari individu, sehingga
terkesan siswa hanya pasif saja menunggu stimulus dari luar (guru). Belajar apa
saja dan oleh siapa saja (manusia atau
binatang) sama saja, yakni melalui mekanisme stimulus – respons. Guru
memberikan stimulus, siswa merespons, seperti tampak pada latihan tubian
(drill) dalam pelajaran bahasa Inggris. Pelajaran yang mementingkan kaidah
tatabahasa, struktur bahasa (fonem, morfem, kata, frasa, kalimat) dan
bentuk-bentuk kebahasaan merupakan penerapan behaviorisme, karena behaviorisme
lebih mementingkan bentuk dan struktur bahasa ketimbang makna dan maksud.
Teori
Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Teori
behaviorisme menurut Guthrie
Menurut
teori contiguous conditioning, belajar itu adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (respons). Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku
manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah
laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan reaksi
dari stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi stimulus untuk
tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga membentuk
deretan-deretan tingkah laku yang terus menerus. Jadi pada proses conditioning
ini terjadi asosiasi antara unit-unit tingkah laku secara berurutan.
Behaviorisme
menurut hull
Menurut Asri Budiningsih (2002: 17)
teori belajar yang dikembengkan Clark Leonard Hull menggunakan hubungan antara stimulus
dan respons sehingga dapat dimasukkan kedalam kategori teori belajar
behaviorisme. Perbedaan teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull dengan
teori belajar behaviorisme pada tokoh-tokoh lain adalah terletak pada kentalnya
pengaruh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin pada teori belajar
behaviorismenya.
Pada
teori belajar behaviorisme Clark Leonard Hull, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup, kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia. Sehingga dalam kenyataanya teori tersebut tidak
banyak digunakan dalam kehidupan praktis, namun masih sering dipergunakan dalam
berbagai eksperimen di labolatorium (Asri Budiningsih, 2002: 19-20).
B.
Teori
Pembelajaran Kognitifisme
a.
Defenisi
belajar kognitifisme
Model
kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti
yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan
pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur
kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas
bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. Bruner mengembangkan
teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu:
1.enactive,
dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek
2.iconic,
dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar; dan
3.Symbolic, yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak
Prinsip-Prinsip Konsep Belajar Kognitivisme
3.Symbolic, yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak
Prinsip-Prinsip Konsep Belajar Kognitivisme
Prinsip-prinsip
teori belajar bermakna Ausebel ini dapat diterapkan dalam
proes belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review , pertanyaanpertanyaan dan lain-lain tehnik;
2. memilih materi-materi kunci, lalu menyajikannya dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial;
proes belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review , pertanyaanpertanyaan dan lain-lain tehnik;
2. memilih materi-materi kunci, lalu menyajikannya dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial;
3.
mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasi dari materi baru itu;
4. menyajikan
suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari,
5. memakai
advance organizers;
6. mengajar
peserta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan
memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada Menurut Hartley & Davies
(1978).
prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa
contoh diatas banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam
melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah
1.
Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran
tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu;
2.
Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk
dapat melakukan tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas
yang bersifat lebih sederhana;
3.
Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian.
Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa
sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah
diketahui sebelumnya;
4. Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti Soekamto 1992:36)
4. Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti Soekamto 1992:36)
Peranan Model
Kognitivisme dalam Pembelajaran
Belajar : Belajar kognitif
Karakteristik Teori :
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya.
Belajar : Kognitif Bruner
Karakteristik Teori :
Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2. Memilih materi pelajaran
3. Menentukan topik-topik yang akan dipeserta didiki
4. Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
5. Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
6. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Belajar : Belajar kognitif
Karakteristik Teori :
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya.
Belajar : Kognitif Bruner
Karakteristik Teori :
Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2. Memilih materi pelajaran
3. Menentukan topik-topik yang akan dipeserta didiki
4. Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
5. Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
6. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Belajar
: Bermakna Ausubel
Karakteristik
Teori : Dalam aplikasinya menuntut peserta
didik belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan
aspek struktur kognitif peserta didik.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1. Menentukan
tujuan-tujuan instruksional
2. Mengukur
kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui
es awal,
interviw, pertanyaan dll.
3. Memilih
materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
4. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5. Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik.
6. Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan.
7. Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada
8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
4. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5. Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik.
6. Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan.
7. Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada
8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Teori
Perkembangan Model Kognitivisme
Berpijak pada tiga teori belajar seperti dijelaskan di atas, maka dalam pengembangan model pembelajaran harus selaras dengan teori belajar yang dianut. Dengan kata lain, apabila kita menganut teori behaviorisme, maka model pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya adalah model pembelajaran yang tergolong pada kelompok perilaku. Untuk penganut teori kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran yang mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun untuk yang menganut teori belajar konstruktivisme, maka model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran yang bersifat interaktif dan model pembelajaran yang berpusat pada masalah. Hal ini didasarkan pada salah satu prinsip yang dianut oleh konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi pengetahuan itu tidak begitu saja diberikan oleh guru. (Diposkan oleh Semangat Muda di 03.58)
Teori
perkembangan kognitifisme dikembangkan oleh Jean Piaget(1896-1980). Teorinya yang terkenal adalah ‘perkembangan kognitif‘ yang memandang
bahwa kemampuan berpikir seseorang itu melalui perubahan-perubahan gradual dan
berurutan di mana proses
mental menjadi semakin kompleks. Dan
aliran ini mulai muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap
konsep behavioristik. Menurut teori kognitifisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang
selalu berfikir (Homo Sapiens). Paham kognitifisme ini tumbuh akibat
pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme.Dalam model ini tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses
berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Berikut
adalah ciri-ciri dari aliran kognitifisme:
mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian
mementingkan peranan kognitif
mementingkan kondisi waktu sekarang
mementingkan pembentukan struktur kognitif
mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
DAFTAR PUSAKA
CHAER, ABDUL, PSIKOLINGUISTIK:
LINEKA CIPTA, 2009
Label:
makalah
|
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)